KUMPULAN TEKS DRAMA LUCU BIKIN NGAKAK PENONTON
drama memang suatu seni yang menghibur dengan artikel ini semoga dapat membantu meninspirasi kita semua untuk membuat pertunjukan drama yang menghibur karna contoh drma pada artikel ini adalah bertemakan lucu , pokoknya drama untuk pertunjukan hiburan benr bener.
oke langsung saja berikut adalah kumpulan teks drama lucu.
BABAK I
(ketika semua sudah lengkap, maka narator masuk ke panggung dan mulai bercerita)
Narator : alkisah di sebuah hutan terdapat seorang tukang batu yang pemalas, suka mengeluh dan selalu tidak puas dengan dirinya sendiri.
Tukang Batu : aduh… hari ini aku harus bekerja. Pasti nanti capek sekali. Enakan aq duduk – duduk dulu. (duduk di sebuah batu)
Batu : (bergerak – gerak)wadow … sakit tau ! (Sambil marah-marah).Bau lagi! Kentut ya? (sambil menutup hidung)
Tukang Batu : (Terkejut dan takut) Maaf, dikit. Lho, batu kok bisa ngomong ?
Batu : ini kan Cuma drama
Tukang Batu : O…….
Batu : Awas ! (mengancam dan mengacung – acungkan kepalanya)
(Tukang batu pun ketakutan lalu melihat-lihat sekeliling, mencari tempat untuk bersandar. Kemudian dia melihat pohon dibelakangnya)
Tukang Batu : kebetulan ada pohon. Bisa bersandar nih!
Pohon : aduuuuuuuuuh.. hati – hati dong, lecet neh.
Tukang Batu : (Terkejut) Lho kok pohon juga bisa ngomong?
Pohon : Wah menghina ya. Aku adalah pohon ajaib. Aku bisa melakukan apa saja. Bahkan aku bisa menyanyi dan menari (menyombongkan diri)
Tukang Batu : masak sih ?
(pertama –tama pohon menyanyi seriosa dan tukang batupun menutup kupingnya karena suara pohon yang melengking dan jelek. Lalu mulai menari. Setelah selesai, tukang batu hanya bisa terkejut)
Tukang Batu : Wah… pohon yang aneh. (menggeleng-gelengkan kepala sambil pergi meninggalkan pohon itu)
BABAK II
Narator : (ketika narator masuk, semua menjadi patung dengan gaya yang aneh). Lalu datanglah sebuah matahari yang sinarnya sangat panas menyengat.
Tukang Batu : wah….. panas sekali ya! (sambil sesekali mengipasi dirinya. Lalu mengusap keringatnya dengan sapu tanggan nya dan tidak sengaja memerasnya di sebelah batu)
Batu : Wadooooooooooooooooooow ! hei, jangan disini dong tukan batu! Uda keringatnya bau asem lagi. (sambil menutup hidung)
Tukang Batu : (Terkejut) maaf. Eh emangnya batu punya hidung ya?
Batu : idiiiiiiih . sebel deh . ini kan Cuma bo’ong-boongan tau !
Tukang batu : (Pergi menjauh ) Pemarah sekali si batu itu . tapi memang panas sekal. Ini pasti karena si matahari itu.
Matahari : Ha….ha…ha. ya aku yang menyebabkan panas ini.. ha….. ha…ha (Logat batak)
Tukang Batu : (menutup hidung karena bau) wah, enak sekali ya menjadi matahari. Bisa member panas tapi dia sendiri tidak kepanasan.
Matahari : iya dong. Aku gitu loh (sambil bergaya fungky)
Tukang Batu : (berfikir lalau dapat ide). Hmmmmmm matahari, bagaimana kalau kita bertukar tempat saja. Aku menjadi matahari, dan kamu menjadi Tukang Batu. Bagaimana?
Matahari : (Tampak berfikir). Bagaimana ya? Baiklah, tapi ada syaratnya?
Tukang Batu : apa syaratnya? (penasaran)
Matahari : Kau harus member aku sepiring nasi dengan lauknya. Bagaimana? Hahahahaha…
Tukang Batu : Itu sih gampang.
Matahari : eiiitt tunggu dulu. Sepiring nasi dengan lauk sate,gulai,soto,ayam goring,ayam bakar,ikan gurami,capcai,telor dadar, telor mata sapi yang melirik ke kiri. Ok?
Tukang Batu : haaaa! (terkejut) banyak sekali! Tapi baiklah. Sebentar ya!
(Tukang Batu pulang ke rumahnya untuk mengambil makanan yang di minta matahari, sedangkan matahari sudah lapar dan ingin segera mencicipi masakan tersebut. Tak lama kemudian Tukang Batu masuk sambil membawa masakan yang dijanjikannya)
Tukang Batu : nih !
Matahari : bah! Dimana pila sambal terasinya?
Tukang Batu : sambal terasi? Tadi kan kamu tidak minta?
Matahari : wah-wah-wah… hei penonton, enak gak klo kita makan tanpa sambal terasi? (Tanya ke penonton). Nah, dengar tidak, semua orang setuju kalau tanpa sambal, makanan kita jadi tidak enak.
(Dengan terpaksa, tukang batu membuat sambal di atas batu)
Batu : Wadooooooooow. Aduh. Kamu lagi, kamu lagi. Seneng pula kau menggangu aku. Liat nih gara-gara kamu…. Kepalaku jadi benzol-benzol. Lho kok aku jadi logat batak juga sih (marah-marah sambil menunjukan kepalanya yang benjol)
(ketika semua sudah lengkap, maka narator masuk ke panggung dan mulai bercerita)
Narator : alkisah di sebuah hutan terdapat seorang tukang batu yang pemalas, suka mengeluh dan selalu tidak puas dengan dirinya sendiri.
Tukang Batu : aduh… hari ini aku harus bekerja. Pasti nanti capek sekali. Enakan aq duduk – duduk dulu. (duduk di sebuah batu)
Batu : (bergerak – gerak)wadow … sakit tau ! (Sambil marah-marah).Bau lagi! Kentut ya? (sambil menutup hidung)
Tukang Batu : (Terkejut dan takut) Maaf, dikit. Lho, batu kok bisa ngomong ?
Batu : ini kan Cuma drama
Tukang Batu : O…….
Batu : Awas ! (mengancam dan mengacung – acungkan kepalanya)
(Tukang batu pun ketakutan lalu melihat-lihat sekeliling, mencari tempat untuk bersandar. Kemudian dia melihat pohon dibelakangnya)
Tukang Batu : kebetulan ada pohon. Bisa bersandar nih!
Pohon : aduuuuuuuuuh.. hati – hati dong, lecet neh.
Tukang Batu : (Terkejut) Lho kok pohon juga bisa ngomong?
Pohon : Wah menghina ya. Aku adalah pohon ajaib. Aku bisa melakukan apa saja. Bahkan aku bisa menyanyi dan menari (menyombongkan diri)
Tukang Batu : masak sih ?
(pertama –tama pohon menyanyi seriosa dan tukang batupun menutup kupingnya karena suara pohon yang melengking dan jelek. Lalu mulai menari. Setelah selesai, tukang batu hanya bisa terkejut)
Tukang Batu : Wah… pohon yang aneh. (menggeleng-gelengkan kepala sambil pergi meninggalkan pohon itu)
BABAK II
Narator : (ketika narator masuk, semua menjadi patung dengan gaya yang aneh). Lalu datanglah sebuah matahari yang sinarnya sangat panas menyengat.
Tukang Batu : wah….. panas sekali ya! (sambil sesekali mengipasi dirinya. Lalu mengusap keringatnya dengan sapu tanggan nya dan tidak sengaja memerasnya di sebelah batu)
Batu : Wadooooooooooooooooooow ! hei, jangan disini dong tukan batu! Uda keringatnya bau asem lagi. (sambil menutup hidung)
Tukang Batu : (Terkejut) maaf. Eh emangnya batu punya hidung ya?
Batu : idiiiiiiih . sebel deh . ini kan Cuma bo’ong-boongan tau !
Tukang batu : (Pergi menjauh ) Pemarah sekali si batu itu . tapi memang panas sekal. Ini pasti karena si matahari itu.
Matahari : Ha….ha…ha. ya aku yang menyebabkan panas ini.. ha….. ha…ha (Logat batak)
Tukang Batu : (menutup hidung karena bau) wah, enak sekali ya menjadi matahari. Bisa member panas tapi dia sendiri tidak kepanasan.
Matahari : iya dong. Aku gitu loh (sambil bergaya fungky)
Tukang Batu : (berfikir lalau dapat ide). Hmmmmmm matahari, bagaimana kalau kita bertukar tempat saja. Aku menjadi matahari, dan kamu menjadi Tukang Batu. Bagaimana?
Matahari : (Tampak berfikir). Bagaimana ya? Baiklah, tapi ada syaratnya?
Tukang Batu : apa syaratnya? (penasaran)
Matahari : Kau harus member aku sepiring nasi dengan lauknya. Bagaimana? Hahahahaha…
Tukang Batu : Itu sih gampang.
Matahari : eiiitt tunggu dulu. Sepiring nasi dengan lauk sate,gulai,soto,ayam goring,ayam bakar,ikan gurami,capcai,telor dadar, telor mata sapi yang melirik ke kiri. Ok?
Tukang Batu : haaaa! (terkejut) banyak sekali! Tapi baiklah. Sebentar ya!
(Tukang Batu pulang ke rumahnya untuk mengambil makanan yang di minta matahari, sedangkan matahari sudah lapar dan ingin segera mencicipi masakan tersebut. Tak lama kemudian Tukang Batu masuk sambil membawa masakan yang dijanjikannya)
Tukang Batu : nih !
Matahari : bah! Dimana pila sambal terasinya?
Tukang Batu : sambal terasi? Tadi kan kamu tidak minta?
Matahari : wah-wah-wah… hei penonton, enak gak klo kita makan tanpa sambal terasi? (Tanya ke penonton). Nah, dengar tidak, semua orang setuju kalau tanpa sambal, makanan kita jadi tidak enak.
(Dengan terpaksa, tukang batu membuat sambal di atas batu)
Batu : Wadooooooooow. Aduh. Kamu lagi, kamu lagi. Seneng pula kau menggangu aku. Liat nih gara-gara kamu…. Kepalaku jadi benzol-benzol. Lho kok aku jadi logat batak juga sih (marah-marah sambil menunjukan kepalanya yang benjol)
Tukang
Batu : maaf…
Batu : Awas ya!
(Lalu mereka berdua berganti kostum, dan naratorpun masuk)
BABAK III
Narator : akhirnya tukang batu itupun menjadi sebuah matahari. Dan si matahari berubah menjadi seorang tukang batu. Haaa…haa…ha,,
Matahari : Maaf bu. Itu kan ketawa aku. Kok ibu zadi ikut-ikutan ketawa seperti itu.
Narator : (malu) Maaf… (lalu pergi)
Tukang Batu : Asyiiiiiiik! Ahirnya aku menjadi matahari.
Batu : Wadoooow. Jangan dekat-dekat dong! panas sekali! jauh-jauh sana! Awas!
(tukang batupun takut dan menjauh ke arah pohon)
Pohon : Hei… pergi sana… jangan dekat-dekat. Panas nih. Kalau tidak Ciaatt (berpose silat, meniru gaya hewan : elang menyambar, ular mencaplok, dan harimau mencengkram)
Tuakang Batu : iya……iya. Dasar batu dan pohon-pohon pemarah. Ah sudahlah. Tapi enak sekali menjadi matahari.
(Lalu datanglah sebuah awan hitam, yang terus mengejar matahari dan berdiri di depannya. Tukang batupun jengkel)
Tuakang Batu : Hei…. Awan hitam. Panggungnya kan masih luas. Kenapa sih, selalu ada di depanku?
Awan Hiatm : Hei matahari, kamu tidak tahu siapa aku ya?. Aku ini awan hitam. Sebentar lagi, aku akan menurunkan hujan. Makanya kamu harus sembunyi dulu.
Tukang Batu : O………. Begitu ya?
Awan Hitam : Iya. Masak tidak tau sih
(Tukang batu menggeleng-geleng)
Tukang Batu : (Berfikir) wah enak dong menjadi awan hitam (Berkata dengan dirinya sendiri). Eh awan hitam, mau tukaran tempat tidak. Aku menjadi awan hitam dan kamu menjadi matahari. Bagaimana?
(ketika awan hitam sedang berfikir, tiba-tiba narator datang)
Awan Hitam : Bu narator, kok sudah muncul sih. Kan belum waktunya?
Narator : lho iya ya? Wah bilang dong dari tadi, kalau belum saatnya muncul. Maaf para penonton. Kalian sih, jadi malu nih. (marah-marah sambil menyalakan mereka berdua)
Tukang Batu : bagaimana?
Awan Hitam : Hmmmmmmm…. (mengeleng-geleng smabil berfikir) baiklah, tapi ada syaratnya?
Tukang Batu : (menggeleng-geleng sambil menghela nafas) apa syaratnya ?
Awan Hitam : Mudah… yaitu mobil mewah dan rumah mewah.
Tukang Batu : (terkejut) wah itu sih susah. Eh… tapi tunggu dulu. (Tukang Batu masuk ke dalam. Lalu keluar lagi sambil membawa mobil-mobilan dan rumah-rumahan). Bagaimana kalau mobil-mobilan dan rumah-rumahan mewah?
Awan Hitam : (terkejut) apa! (mengeleng-geleng) baiklah. Terpaksa!
(lalu mereka bertukar tempat,tiba-tiba datang ibu narator. Semua menjadi patung. Tapi ibu narator lama tidak ngomong-ngomong)
Batu : Bu…. Ibu narator. Kok tidak ngomong-ngomong ya?
Narator : siapa bilang saya mau ngomong. Saya kan Cuma mau nampang doing. (sambil melambai-lambaikan tangan ke penonton)
Semua Personil : Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu…..!
Narator : kenapa sih sirik aja. Memangnya tidak boleh. (pergi sambil ngomel-ngomel)
Tukang Batu : asyiiik. Sekarang aku menjadi awan hitam. Aku bisa menutup-nutupi matahari. Oh ya, aku juga bisa membuat hujan yang sanggat lebat. Ha…..ha….ha…
(tiba-tiba matahari yang menjadi tukang batu datang)
Matahari : he..he… itu kan ketawa aku
Tukang Batu : maaf. Wah sekarang aku mau menurunkan hujan yang sangat lebat. Wuuuuuuuuuuuuus (sambil menendang-nendang tumbuhan kecil. Lalu datang seseorang yang tertarik angin. Trus datang lagi orang berpayung, yang payungnya sampai rusak,menghadap ke atas)
Tukang Batu : asyiiik. Aku berkuasa sekarang.
Tukang Batu : ha………..(tiba-tiba ingat matahari yang marah bila ketawanya ditirukan). Ups. (tiba-tiba tukang batu heran melihat batu yang tidak bergeser sedikitpun). Hai, batu. Kok kamu tidak rusak sedikitpun?
Batu : Hai… awan hitam? Mikir dong! Aku kan Batu. Liat aku sangat kuat. (sambil memamerkan ototnya). Jadi aku tidak akan rusak.
Tukang Batu : o…….. begitu ya. (berfikir). Hmmmm.. ngomong-ngomong batu, mau tidak kita tukaran tempat?
Batu : Apa! (berteriak keras). Kamu fikir aku bodoh ya, bisa kamu suap seperti si matahari dan awan hitam.
Tukang Batu : Ayolah! Apapun syaratnya, aku akan penuhi! (sambil ketakutan)
Batu : tidak! (masih marah dan berteriak) enak saja!
Tukang Batu :Please!
Batu : Tidak
Tukang Batu : He, mau tidak? (marah sambil mencengkeram kerah baju si batu)
(Si batupun ketakutan)
Batu : eh.. iya deh kalau begitu. Jangan marah dong! Gitu saja marah! (merayu si tukang batu). Nih! (menyerahkan kostumnya)
Tukang Batu : sana pergi! Awas ya kembali lagi! (mengancam batu. Batupun ketakutan dan berlari). Asyiiik. Kasihan deh lo si batu,makanya jadi orang jangan galak-galak. Sekarang aku menjadi batu yang perkasa.
(Tak lama kemudian datanglah, si tukang batu yang sebenarnya si matahari)
Matahari : ha…….ha…..ha… bah hari yang sangat cerah untuk memulai pekerjaanku sebagai tukang batu. Kebetulan ada sebuah batu disini.
(matahari mulai memukul-mukulkan palunya)
Tukang Batu : aduuuuuuh. Matahari…… kenapa memukul aku?
Matahari : bah…. macam pula kau ini. Aku kan seorang tukang batu. Zadi pekerjaanku yya memecah batu.
Tukang Batu : O……………. tapi aku mati dong!
Matahari : ya……. Terserah kaulah. Siapa suruh zadi batu. (mulai memukul lagi)
Tukang Batu : Tunggu….! Aku mau jadi tukang batu lagi kalau begitu. Tukeran ya?
Matahari : Tidak mau ! (terus memukul-mukul)
Tukang Batu : tolong…..tolong…..tolong…. ibu narator kemana sih? Bu…. Ibu narator!
Matahari : ha……..ha…….ha
(Lama kemudian ibu narator datang sambil makan)
Tukang Batu : Bu…. Lama sekali sih. Tutup acaranya dong. Saya di pukulin terus nih!tolong!
Narator : (sambil tetap makan) iyaaaaaaa… cerewet amat sih, siapa suruh gak puas jadi dirisendiri.
Makanya jadilah dirimu sendiri. Percaya diri dong! Baiklah para penonton, begitulah akhir cerita kita hari ini. Hikmah yang bisa kita ambil, janganlah kita meniru si tukang batu yang selalu mengeluh, pemalas dan selau tidak puas dengan dirinya sendiri.
Batu : Awas ya!
(Lalu mereka berdua berganti kostum, dan naratorpun masuk)
BABAK III
Narator : akhirnya tukang batu itupun menjadi sebuah matahari. Dan si matahari berubah menjadi seorang tukang batu. Haaa…haa…ha,,
Matahari : Maaf bu. Itu kan ketawa aku. Kok ibu zadi ikut-ikutan ketawa seperti itu.
Narator : (malu) Maaf… (lalu pergi)
Tukang Batu : Asyiiiiiiik! Ahirnya aku menjadi matahari.
Batu : Wadoooow. Jangan dekat-dekat dong! panas sekali! jauh-jauh sana! Awas!
(tukang batupun takut dan menjauh ke arah pohon)
Pohon : Hei… pergi sana… jangan dekat-dekat. Panas nih. Kalau tidak Ciaatt (berpose silat, meniru gaya hewan : elang menyambar, ular mencaplok, dan harimau mencengkram)
Tuakang Batu : iya……iya. Dasar batu dan pohon-pohon pemarah. Ah sudahlah. Tapi enak sekali menjadi matahari.
(Lalu datanglah sebuah awan hitam, yang terus mengejar matahari dan berdiri di depannya. Tukang batupun jengkel)
Tuakang Batu : Hei…. Awan hitam. Panggungnya kan masih luas. Kenapa sih, selalu ada di depanku?
Awan Hiatm : Hei matahari, kamu tidak tahu siapa aku ya?. Aku ini awan hitam. Sebentar lagi, aku akan menurunkan hujan. Makanya kamu harus sembunyi dulu.
Tukang Batu : O………. Begitu ya?
Awan Hitam : Iya. Masak tidak tau sih
(Tukang batu menggeleng-geleng)
Tukang Batu : (Berfikir) wah enak dong menjadi awan hitam (Berkata dengan dirinya sendiri). Eh awan hitam, mau tukaran tempat tidak. Aku menjadi awan hitam dan kamu menjadi matahari. Bagaimana?
(ketika awan hitam sedang berfikir, tiba-tiba narator datang)
Awan Hitam : Bu narator, kok sudah muncul sih. Kan belum waktunya?
Narator : lho iya ya? Wah bilang dong dari tadi, kalau belum saatnya muncul. Maaf para penonton. Kalian sih, jadi malu nih. (marah-marah sambil menyalakan mereka berdua)
Tukang Batu : bagaimana?
Awan Hitam : Hmmmmmmm…. (mengeleng-geleng smabil berfikir) baiklah, tapi ada syaratnya?
Tukang Batu : (menggeleng-geleng sambil menghela nafas) apa syaratnya ?
Awan Hitam : Mudah… yaitu mobil mewah dan rumah mewah.
Tukang Batu : (terkejut) wah itu sih susah. Eh… tapi tunggu dulu. (Tukang Batu masuk ke dalam. Lalu keluar lagi sambil membawa mobil-mobilan dan rumah-rumahan). Bagaimana kalau mobil-mobilan dan rumah-rumahan mewah?
Awan Hitam : (terkejut) apa! (mengeleng-geleng) baiklah. Terpaksa!
(lalu mereka bertukar tempat,tiba-tiba datang ibu narator. Semua menjadi patung. Tapi ibu narator lama tidak ngomong-ngomong)
Batu : Bu…. Ibu narator. Kok tidak ngomong-ngomong ya?
Narator : siapa bilang saya mau ngomong. Saya kan Cuma mau nampang doing. (sambil melambai-lambaikan tangan ke penonton)
Semua Personil : Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu…..!
Narator : kenapa sih sirik aja. Memangnya tidak boleh. (pergi sambil ngomel-ngomel)
Tukang Batu : asyiiik. Sekarang aku menjadi awan hitam. Aku bisa menutup-nutupi matahari. Oh ya, aku juga bisa membuat hujan yang sanggat lebat. Ha…..ha….ha…
(tiba-tiba matahari yang menjadi tukang batu datang)
Matahari : he..he… itu kan ketawa aku
Tukang Batu : maaf. Wah sekarang aku mau menurunkan hujan yang sangat lebat. Wuuuuuuuuuuuuus (sambil menendang-nendang tumbuhan kecil. Lalu datang seseorang yang tertarik angin. Trus datang lagi orang berpayung, yang payungnya sampai rusak,menghadap ke atas)
Tukang Batu : asyiiik. Aku berkuasa sekarang.
Tukang Batu : ha………..(tiba-tiba ingat matahari yang marah bila ketawanya ditirukan). Ups. (tiba-tiba tukang batu heran melihat batu yang tidak bergeser sedikitpun). Hai, batu. Kok kamu tidak rusak sedikitpun?
Batu : Hai… awan hitam? Mikir dong! Aku kan Batu. Liat aku sangat kuat. (sambil memamerkan ototnya). Jadi aku tidak akan rusak.
Tukang Batu : o…….. begitu ya. (berfikir). Hmmmm.. ngomong-ngomong batu, mau tidak kita tukaran tempat?
Batu : Apa! (berteriak keras). Kamu fikir aku bodoh ya, bisa kamu suap seperti si matahari dan awan hitam.
Tukang Batu : Ayolah! Apapun syaratnya, aku akan penuhi! (sambil ketakutan)
Batu : tidak! (masih marah dan berteriak) enak saja!
Tukang Batu :Please!
Batu : Tidak
Tukang Batu : He, mau tidak? (marah sambil mencengkeram kerah baju si batu)
(Si batupun ketakutan)
Batu : eh.. iya deh kalau begitu. Jangan marah dong! Gitu saja marah! (merayu si tukang batu). Nih! (menyerahkan kostumnya)
Tukang Batu : sana pergi! Awas ya kembali lagi! (mengancam batu. Batupun ketakutan dan berlari). Asyiiik. Kasihan deh lo si batu,makanya jadi orang jangan galak-galak. Sekarang aku menjadi batu yang perkasa.
(Tak lama kemudian datanglah, si tukang batu yang sebenarnya si matahari)
Matahari : ha…….ha…..ha… bah hari yang sangat cerah untuk memulai pekerjaanku sebagai tukang batu. Kebetulan ada sebuah batu disini.
(matahari mulai memukul-mukulkan palunya)
Tukang Batu : aduuuuuuh. Matahari…… kenapa memukul aku?
Matahari : bah…. macam pula kau ini. Aku kan seorang tukang batu. Zadi pekerjaanku yya memecah batu.
Tukang Batu : O……………. tapi aku mati dong!
Matahari : ya……. Terserah kaulah. Siapa suruh zadi batu. (mulai memukul lagi)
Tukang Batu : Tunggu….! Aku mau jadi tukang batu lagi kalau begitu. Tukeran ya?
Matahari : Tidak mau ! (terus memukul-mukul)
Tukang Batu : tolong…..tolong…..tolong…. ibu narator kemana sih? Bu…. Ibu narator!
Matahari : ha……..ha…….ha
(Lama kemudian ibu narator datang sambil makan)
Tukang Batu : Bu…. Lama sekali sih. Tutup acaranya dong. Saya di pukulin terus nih!tolong!
Narator : (sambil tetap makan) iyaaaaaaa… cerewet amat sih, siapa suruh gak puas jadi dirisendiri.
Makanya jadilah dirimu sendiri. Percaya diri dong! Baiklah para penonton, begitulah akhir cerita kita hari ini. Hikmah yang bisa kita ambil, janganlah kita meniru si tukang batu yang selalu mengeluh, pemalas dan selau tidak puas dengan dirinya sendiri.
Hakim:
Kamu pagi-pagi gini tumben udah bangun? emang kamu mau ngapain hari ini?
Hakam:
Nggak ada.. mau bangun pagi aja. Kenapa? nggak boleh kalau akau bangun pagi-pagi?
Hakim:
Bukannya nggak boleh, lagian siapa juga yang ngelarang orang bangun pagi-pagi, cuman takutnya kalau orang yang biasanya bangunnya jam 10 siang terus bangun jam 5 pagi salah-salah ntar ada gunung meletus!
Hakam:
Gunung meletus mah dari dulu juga ada, dan udah bisa. Kenapa harus nunggu aku bangung pagi?! ada-ada aja kamu!
Hakim:
Ye elah.. itu kan cuman pribahasa.
Hakam:
Pribahasa? apan itu? yang ada mah cuman prikemanusian, bukan pribahasa. Dapat darimana kamu bahasa-bahasa gituan?
Hakim:
Dapat dari Google!
Kamu pagi-pagi gini tumben udah bangun? emang kamu mau ngapain hari ini?
Hakam:
Nggak ada.. mau bangun pagi aja. Kenapa? nggak boleh kalau akau bangun pagi-pagi?
Hakim:
Bukannya nggak boleh, lagian siapa juga yang ngelarang orang bangun pagi-pagi, cuman takutnya kalau orang yang biasanya bangunnya jam 10 siang terus bangun jam 5 pagi salah-salah ntar ada gunung meletus!
Hakam:
Gunung meletus mah dari dulu juga ada, dan udah bisa. Kenapa harus nunggu aku bangung pagi?! ada-ada aja kamu!
Hakim:
Ye elah.. itu kan cuman pribahasa.
Hakam:
Pribahasa? apan itu? yang ada mah cuman prikemanusian, bukan pribahasa. Dapat darimana kamu bahasa-bahasa gituan?
Hakim:
Dapat dari Google!
Hakam:
Oh iya, Google itu punya siapa sih?
Hakim:
Kenapa emang?
Hakam:
Nggak kenapa-kenapa, heran aja orang tiap kali kita nyari sesuatu di internet yang nongol pasti Google. Kayak sakti aja ada dimana-mana.
Hakim:
La emang Google itu mesin pencari di internet, pantes aja dong kalau dia selalu ada pas kita buka internet.
Hakam:
Terus datangnya darimana kok selalu muncul gitu?
Hakim:
Dari kabel kali... :)
Hakam:
Kabel yang warna apaan? kabel yang ada di CPU itu ya?
Hakim:
Nggak tahu ah.. kamu nanya melulu sih, bingung aku jadinya. Oh iya, CPU itu apaan sih?
Hakam:
Ah kamu, kalau aku yang nanya kamu ogah, nih malah kamu nanya aku!
Hakim:
Ya.. nggap apa-apa lagi, sekali-sekala kan aku boleh nanya.
Hakam:
Nanya apa?
Hakim:
Nanya, apa kamu masih waras atau udah sinting.
Hakam:
Aku sinting mah udah dari dulu. Baru tahu? kalau aku waras itu yang masih berproses.
Hakim:
Iya juga ya..!
Di suatu tampat yang diyakini ada di suatu tempat. Terdapat beberapa anak yang sedang bermain bersama handpone mereka masing-masing, tapi ada seorang anak yang hanya diam tidak melakukan apapun. Pada akhirnya anak yang kesepian itu pun mengajak teman-temannya untuk bermain petak umpet.
Jojo : “ Bagaimana kalau kita bermain petak umpet “
Joni : “ Ayu “
Flannery : “ Gak ah, nanti kotor “
Joni : “ Gak jadi “
Jono : “ Bener, bakalan ada yang bermain kotor “
Juni : “ Ngomong apa si Smart friend?. Dia bisa main kagak? “
Jimmy : “ Udahlah santai aja, main petak umpet itu kan mudah, anak
SD aja bisa “
Juni : “ Bukan itu masalahnya, masalahnya kita udah gede, tapi
masa main permainan anak kecil “
Joni : “ Aku sudah besar tidak mau main petak umpet lagi~ “
[Parodi iklan pempers yang celana dalam]
Jojo : “ Kita mainnya di tempat angker aja biar ekstrim “
Joni : “ Apa lagi di tempat angker~ “[Parodi iklan pempers yang
celana dalam]
Flannery : “ Apa lagi di tempat angker. Kan biasanya tempat angker
itu berdebu “
Juni : “ Iya kalo di tempat angker nanti gimana kalau di
umpetin sama setan, gimana kalau ketemu setan, terus setannya ngajak kenalan,
terus pacara sama setan “
Jimmy : “ Shantai aja. Khan bagustuh Lu bisa dapet pacar, Lu kan
masih jomblo “
Juni : “ Enak aja jomblo. Gw single “
Jono : “ Single adalah nama lain dari jomblo supaya terdengar
lebih terhormat “
Jojo : “ Jadi gimananih. Mau main atau kalian takut “
Flannery : “ Zaman gini takut sama hantu “
Jono : “ Saya sebagai perwakilan dari semua yang ada disini
mengungkapkan bahwa ami setuju dengan anjuran saurada. Sah?. Sah! “
Semua menatap Jono aneh.
Akhirnya mereka ber6 pun bermain petak umpet di sebuah rumah tua
yang katanya angker. Jimmy yang merupakan ucing atau orang yang mencari pemain
lainnya sudah menemukan 4 temannya. Hanya Jono saja yang tidak ditemukan. Setelah
beberapa saat mencari akhirnya mereka ber-5 sepakat untuk mencari Jono bersama.
Juni : “ Gimana kalau si Jono diumpetin hantu “
Jimmy : “ Berarti kita kehilangn komedian nasional sekali lagi.
Mengheningkan cipta mulai “
Jojo : “ Jangan bercanda. Si Jojo ini gimana kalau emang di
umpetin sama hantu? “
Flannery : “ Haduh. Zaman gini masih percaya hantu He to the low
Aaaaa!! “ ( nunjuk )
Juni : “ Ada apa? “
Flannery : “ A-ada ha-ha “
Jojo : “ Harry petter? “
Flannery ( Geleng kepala ) : “ Ha-ha-ha “
Jimmy : “ Ha, hanymoon? “
Flannery ( Geleng kepala ) : “ Ha-ha-haacccciing! “ ( bersin )
Flannery : “ Itu ada pesan kertas di atas meja “ (nunjuk)
Jimmy ( Ngambil ) : “ Selamat tinggal. Itulah isi pesan ini “
Juni : “ Sepucuk kertas mencurigakan yang tergeletak begitu saja
di atas meja. Aaapakah itu tulisan Jono? “ ( Gaya infotaimen )
Jojo : “ Jangan-jangan Jono sudah dibawa hantu “
Flannerr : “Aduh. Jadi atut. Pulang aja yuk “
Jojo : “ Tapi sebelum ini kita harus cerita dulu ke keluarga Jojo
“
Akhirnya setelah kejadian itu mereka pergi ke rumah Jono dengan
perasaan bersalah di pundak mereka. Setelah beberapa saat akhirnya mereka
sampai di rumah Jnjo
Jojo : “ Assalammu’alaikum “
Jono : “ Wa’alaikumsalam “
Juni : “ Loh kok Kamu gak mati? “
Jono : “Karena Aku masih hidup “
Juni : “ Apa kamu yang nulis pesan ini? “ ( Menunjukkan kertas
yang tadi )
Jono : “ Ya. Itu selamat tinggal maksud Gue, Gue mau pergi ke
rumah dulu tadi laper banget “
Flannery : “ Tuh kan. Di zaman dini masih percaya yang kayak
gituan “
Jojo : “ Tapi Lu tadi juga takut “
Flannery : “ Itu tadi cuman ekting “
Jono : “ Jadi, sekarang kalian mau apa? “
Jojo : “ Pulang ajak yu “ ( Pergi )
Akhirnya misteri pun terpecahkan dan mereka berenam dapat istiahat
dengan tenang.
- Tamat -
- Tamat -
Disuatu musiem sejarah terdapat sebuah mutiara mewah yang harganya sangat mahal. Mutiara berbentuk persegi panjang ini menjadi daya tarik utama musiem ini. Pada sautu ketika ada 2 orang pencuri yang ingin mengambil mutiara ini. Sekarang mereka berada di musium.
Brayen : “ Dimana mutiaranya? “
Henry : “ Entahlah, disini gelap, bagaimana kalau kita mencari
tombol lampunya “
Brayen : “ Pencuri tidak mencari tombol lampu. Kau menggunakan
kacamata makanya disini gelap. Kita akan mencari mutiaranya. Baikah “
(Menyalakan senter )
Henry : “ Darimana Kau mendapatkan senter? “
Brayen : “ Itu informasi rahasia “
Henry : “ Jadi sekarang apa? “
Brayen : “ Aku sudah biasa mencuri. Dalam hal ini gunakan insting
pencurimu. Trust me it works “
Henry “ Baiklah “ ( Brayen menurut mata kemudian melangkah
perlahan ke kanan dan tiba-tiba dihentikan oleh Henry )
Brayen : “ Hey. Insting mencurimu ke arah kiri “
Henry : “ Maaf “ ( Berjalan ke kiri )
Henry : “ Ah ini dia “ ( Mengambil muriara )
Brayen : “ Kau yakin tidak salah ambil? “ ( Mendekati Brayen )
Henry : “ Ya tentu “
Alarm berbunyi
Brayen : “ Cepat lari “ ( Berlari kemudian kabur lewat jendela )
Henry : “ Baik “ ( Kabur lewat jendela )
Brandon : “ Siapa mereka?. Mereka terlihat mencurigakan “
Shaila : “ Sepertinya mereka pencuri. Ayo kita kejar “ ( Lari )
Brandon : “ Ayo “ ( Lari )
Shaila : “ Sial. Kita kehilangan jejak mereka “
Brandon : “ Kalau bergitu ayo kita selidiki masalah ini “
Brandon dan Shaila mempersiapkan diri mereka masing-masing. Kemudian
menuju tempat depan tempat kejadian karena mereka tidak bisa masuk musiem
Shaila : “ Apa Kamu menemukan petunjuk ? “
Brandon : “ Ada jejak kaki disini “
Shaila : “ Yah Kamu benar. Hm ini jejak kakiku “
Brandom : “ Maksudku yang ini “
Shaila : “ Oh. Baiklah akan Aku ukur, 27 cm “ ( Mengukur )
Brandom : “ Oke. Sekarang ayo kita tanyai saksi mata “
Shaila : “ Apakah Kamu melihat orang yang mencurigakan? “
Ijem : “ Hmm, iya “
Brandom : “ Bisa anda jelaskan bagaimana ciri-cirinya “
Ijem : “ Hmm. Yang satu bertubuh tinggi, dan satu lagi bertubuh
sedang. Kalau tidak salah mereka adalah orang yang tinggal di dekat sini “
Shaila : “ Maaf, bisakah anda mengantar kami ke rumah mereka “
Ijem : “ Tentu, tapi ada ongkosnya “
Setelah bernego mengenai harga Ijem mengantar Shaila dan Brandon
serumah pelaku. Mereka ber-3 bersiap menangkap sipelaku. Shaila dan Brandon
saling mengangguk kemudia Brandon mendobrak pintu.
Brandon : “ Angkat tangan kalian di belakang kepala!, cepat! “
Henry : “ Baik-baik “
Brayen : “ Jangan mudah ditangkap, pencuri yang hebat sulit
ditangkap “
Henry : “ Baik. Kecoa terbang! “ ( Nunjuk ) ( Semua melihat ke
arah tunjukan Henry ) ( Brayen dan Henry lari )
Shaila : “ Tangkap mereka! “
Brandon : “ Siap “ ( Berlari )
Henry : “ Pakai jalan rahasia “ ( Berbalik )
Brayen : “ Ada mereka ( Ijem dan Shaila ) “
Henry : “ Kalau begitu kita terpaksa melakukan langkah terakhir
sebagai pencuri “
Brayen : “ Apa itu? “
Henry : “ Pasrah “
Henry dan Brandon dikat kemudian Ijem, Shaila, dan Brandon membawa
Henry dan Brayen ke musiem yang baru saja dibuka pemiliknya belum ada
pengunjung yang datang dan hanya ada sipemilik musiem disana.
Shaila : “ Mereka mencuri mutiara disini “
Pemilik musiem : “ Hm?. Yang mana? “
Shaila : “ Yang ini “ (Melempar mutiara )
Pemilik musiem : “ Hm. Ini bukan mutiara, ini hanya imitasinya
saja. Mutiara yang asli ada disana “ ( Nunjuk mutiara )
Brayen : “ Jadi Kau salah mengambil? “
Henry : “ Setidaknya dengan kesalahanku hukuman kita lebih ringan
“
Pemilik musiem : “ Baiklah kalian boleh pergi sekarang “
Ijem : “ Tapi mereka mencuri “
Pemilik musiem : “ Ya memang, tapi mereka hanya mengambil 1 imitas
mutiaranya itu tidak ada harganya bagiku jadi tidak ada harga yang cocok dengan
hukumannya “
Akhirnya Brayen dan Henry bebas dari hukuman dan mereka
melanjutkan karirnya sebagai pencuri dan Shaila dan Brandon terus berusaha
menangkap mereka berdua.
TAMAT
0 Response to "KUMPULAN TEKS DRAMA LUCU BIKIN NGAKAK PENONTON"
Post a Comment